MEDIASEMUT.COM — Sejumlah Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Desa Tomara, Kecamatan Bacan Timur Tengah Kabupaten Halmahera Selatan harus bertaruh nyawa melewati banjir, untuk pergi ke sekolah.
Aktivitas ini dilakukan nyaris setiap hari saat musim hujan, karena ketiadaan jembatan penghubung.
Begitulah kondisi di Desa Tomara, informasi yang dihimpun seputarmalut, bencana banjir tersebut telah terjadi sejak Selasa, (23/7) kemarin
Dikatakan, Sungai tersebut merupakan akses jalan satu-satunya para siswa menuju ke sekolah.
Sinta, salah satu Siswi SMK BPD Tomara kepada seputarmalut menyatakan, bahwa meski sudah berpakaian rapi dari rumah, namun mereka terpaksa harus menyeberangi Sungai tersebut semata karena ingin menuntut ilmu
“Dari rumah itu sudah rapi dengan pakaian sekolah kami, namun perlahan-lahan tubuh kami masuk ke dalam air dan bertarung dengan derasnya aliran sungai karena banjir” Kata Sinta kepada seputarmalut Rabu, (24/7/2024)
Lanjut Sinta, walaupun sudah berhati-hati, namun sebagian seragam tetap basah karena dalamnya sungai.
“Kondisi ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun karena ketiadaan jembatan penghubung di daerah kita” Kata Sinta
Sinta bilang, salah satu temannya bahkan hampir terseret arus sungai yang deras, namun berhasil diselamatkan oleh teman prianya
“Jadi waktu melewati banjir itu, teman saya hampir terbawa arus, yaa tau lahh kondisi air kalau banjir itu gimana, beruntung dia cepat tertolong, karena dibantu oleh teman saya yang cowok” Turu Sinta menceritakan
Perjuangan menyeberangi sungai ini tak hanya dilakukan oleh siswa-siswi saja, namun guru juga ikut menyeberangi sungai dan harus rela pakaiannya basah demi dapat mengajar anak anak.
Kepala SMK BPD Tomara Nurni Amir kepada seputarmalut, Rabu, (24/07/2024) mengatakan kondisi ini sudah di alami sejak lama namun belum ada solusi apapun dari pemerintah.
“Kalau hujan lebih dari seminggu otomatis siswa juga diliburkan dalam seminggu, sebab pihak sekolah tidak mau mengambil risiko terhadap anak didik,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan pada musim penghujan materi pelajaran untuk anak selalu mengalami keterlambatan, sebab banyaknya waktu libur. Sebab, para siswa dan guru tidak bisa menyebrangi sungai.
“Untuk mengejar keterlambatan mata pelajaran pihak sekolah mensiasati dengan belajar kelompok di rumah dan didampingi oleh guru,” sebutnya.
Ia mengharapkan pemerintah untuk sesegera mungkin membangun jembatan, agar para siswa bisa ke sekolah tanpa harus menyebrangi kali.
Reporter : Iki
Editor. : Redaksi
Discussion about this post