Oleh : Asriyanti Tiabo
“ Mahasiswa PGSD Universitas Khairun Ternate”
MEDIASEMUT.COM — Pada Sabtu, 4 Mei 2024 saya dan teman-teman sekelas melakukan kuliah lapangan di Suaka Paruh Bengkok Taman Nasional Aketajawe Lolobata. Dalam kuliah lapangan kali ini kami ditemani langsung oleh satu pak dosen dan dua mahasiswa. Sebelum berangkat ke tempat tujuan, kami semua diarahkan untuk berkumpul di Pelabuhan Bastiong sebelum nanti kami menyebrang ke Sofifi, Ibu Kota Provinsi Maluku Utara dengan menaiki kapal fery. Setelah dua jam penuh melintasi laut saya dan teman-teman pun tiba di pelabuhan fery Sofifi. Nantinya kami akan melangsungkan perjalanan lagi ke tempat tujuan, di mana di situ kegiatan kuliah lapangan ini akan berlangsung. Kendaraan yang kami naiki untuk menuju ke Suaka adalah mobil, hari itu kami menggunakan dua mobil plus satu bus.
Sebelum berangkat kami mengawali perjalanan ini dengan berdo’a terlebih dahulu yang dipimpin oleh salah satu dari kami, maksud dari doa ini agar di sepanjang perjalanan kami tak ada hal-hal yang tidak diharapkan. Selepas berdoa kami pun langsung berangkat ke tempat tujuan dengan penuh antusias dan suasana di dalam bus terasa sungguh asik dan sangat ramai serta menyenangkan, karena ada teman-teman saya yang karaokean, ada juga yang bertanya-tanya tentang Sofifi, ada yang sibuk bikin lawak, dan juga om supir yang menyetir sembari memberikan pertanyaan kepada saya dan teman-teman perihal mengapa Hiri di namakan pulau Hiri, sambil menawarkan kepada kami bila ada yang dapat menjawab pertannyannya itu maka om supir akan memberikannya uang seratus ribu rupiah. Di antara kami yang hanya mampu menjawab pertanyaan dari om supir itu adalah, Fiorella Auf, salah satu teman baik saya. Dia menjawab pertanyaan itu dengan penuh yakin dan sedikit tawa “Barang pulau Hiri ada di sabla kiri pulau Ternate, jadi dia pe nama pulau Hiri to” jawabnya. Namun sayang, jawaban dari teman saya itu tidak digubris oleh om supir. Tetapi om supir tersebut langsung membatalkan untuk memberi uang seratus ribu itu kepada kami dengan alasan karena kami tidak dapat menjawab pertanyaan darinya, padahal sudah ada yang menjawab, hehehe… tidak mengapa, karena yang terpenting bagi ku kita dapat segera sampai ke tujuan.
Setelah bisu beberapa menit, om supir kemudian menjawab pertanyaannya sendiri, jawabannya terdengar sama, persis seperti yang telah dijawab oleh Fio beberapa menit yang lalu. Saya pun mencoba untuk bercanda ke om supir dengan mengatakan, “Om.. kan om bilang pulau Hiri dia pe nama pulau hiri karena da ada disamping kiri pulau Ternate, berarti kalau pulau Maitara musti dia pe nama Muhatara barang dia ada di muka pulau Ternate”. Mendengar itu teman-teman saya dan om supir pun pecah dengan tawa yang cukup membuat rahang pegal-pegal, om supir terus tertawa sambil membenarkan apa yang saya katakana tadi. Suasana di dalam bus memang begitu pecah, kami semua terus tertawa dan bahagia bersama om supir yang juga tidak membatasi diri untuk berbicara dan bercerita dengan saya dan teman-teman. Perjalanan masih terus berlanjut, lewati jalanan yang begitu sejuk dengan hemparan pohon-pohon yang menjulang dengan perkasa, namun ketika kami telah melewati beberapa desa-desa di Kecamatan Oba ini suasana di dalam bus pun seketika sunyi senyap, yang terdengar hanya lalu-lalang motor dan mobil yang beraktivitas kesana kemari. Teman-teman sebagian kepalanya mulai pusing, ada juga yang telah lelap dalam tidur yang tak tenang.
Singkat cerita kami pun tiba Suaka Paruh Bengkok Taman Nasional Aketajawe Lolobata, tempat kuliah lapangan akan dilakukan. Hal pertama yang kami lakukan adalah beristarhat sejenak untuk mengisih perut, sebelum nanti kami akan berbaris lalu mendengar arahan penting dari bapak Koordinator Suaka dan bapak dokter Nadhiva sebelum melakukan pengamatan. Seusai mendengar arahan, pengamatan pun langsung dilaksanakan dengan melihat – lihat berbagai macam jenis burung dan tumbuhan yang ada di dalam Taman Nasional ini. Ada banyak jenis burung yang saya dan teman-teman temui, salah satunya adalah burung kakatua putih yang sayapnya telah patah, burung kakatua ini jambulnya ada tiga warna, yakni kuning, putih, dan pink atau merah mudah, burung ini nampak cantik di mata saya, namun sayang ia tak bisa lagi mengudara dengan jauh. Juga dengan burung Kasturian dengan sayap berwarna hijau dan merah yang tak kalah cantik, serta beberapa jenis tumbuhan yang ada, mulai dari daun woka, pohon gayang, dan pohon tagalolo yang bisa dijadikan sebagai obat herbal. Semua pengamatan ini kami lakukan dengan teliti dan sangat menikmati, sebab ada banyak sekali keindahan yang ditangkap oleh mata, sungguh ini pengalaman yang amat luar biasa dalam hidup ku.
Setelah beberapa jam melakukan pengamatan kami diarahkan untuk berkumpul di Auditorium Suaka untuk menerima materi. Pemateri pertamanya adalah bapak Koordinator Suaka, sedangkan pemateri kedua adalah bapak Dokter Nadhiva. Dari materi yang telah dipaparkan oleh bapak koordinator dan pak dokter tentang peran burung dalam kehidupan manusia, saya dapat memetik pelajaran yang teramat penting yang mungkin saya bisa terapkan di kampung saya, sebab dalam kehidupan kita sehari-hari ini peran burung-burung yang ada di bumi ini sangat penting untuk dijaga. Karena mereka sebagai penyeimbang ekosistem, berbagai jenis burung memiliki peran sebagai pemecah biji, penyerbuk, predator hama, dan pemangsa puncak, dan kotoran burung juga dapat dijadikan sebagai pupuk kompos. Petualangan kami ini akan saya simpan dalam muara ingatan, berharap di suatu hari nanti saya masih dapat menemui burung kakatua dan kasturian itu kembali, juga dengan pak kordinator dan pak dokter yang sangat ramah dan baik hati. (*)
Discussion about this post