MEDIASEMUT.COM – Benihnya pagi dan pekatnya malam menjadi saksi aku termenung akanmu, dinding-dinding kamar pun ikut serta mengambil peran mendengarkan tangis isak ku merinduimu
Bagaimana tidak, sedang di sekeliling kamar ini ada banyak bekas tentang mu
tempat yang biasa kau duduki
Lembut ketukan pintu yang kau ciptakan dari jemarimu seraya merapal salam masih saja yang selalu ku nanti
Bekas botol yang kau namai Kirana yang kau jadikan sebagai asbak rokok mu
yang katamu akan kau penuhi dengan puntung-puntung rokok Surya mu itu masih tersimpan rapih di sudut ruang ini
namun kau tinggal pergi saat ia belum terpenuhi, lantas siapa yang akan penuhi ia?
Sepanjang jalan yang ku telusuri seakan semua penuh dengan jejakmu,penuh dengan aroma parfum mu,tawa kecilmu,semua tentangmu.
Kerap kali aku melihat sepasang insan yang berboncengan sambil berbincang kecil dan tertawa lepas,dan sialnya lagi-lagi aku merindui KITA!!
Ku rindui riuh bunyi motormu dan helm bogomu itu,juga tentang kita yang konyol saat berkendara
kau yang selalu menggodai anak kecil ketika berpapasan di jalan atau di lampu merah dan badan kita yang seketika menari tak jelas ketika mendengar musik yang di putar angkutan umum yang lewat
Ku rindui kesalmu ketika menanyakan mau makan apa dan ku balas dengan kata andalanku “tau ngana” atau “terserah kau”
Tanpa sadar,hal sebutir itupun menjadi yang paling kurindui.
Kau tahu,pesisir jalan Kota Baru beserta jajanannya seakan ikut bertanya kemana kita yang sering mengunjunginya?
dan pantainya seakan berderu tanya mengapa tak lagi ada bekas duduk kita di sana?
mengapa dia tak lagi melihatku memandang pasang surutnya?
Tak lagi melihat sumringah yang ku pancarkan ketika melihat sinar Mangata di atasnya,dan tak lagi melamun saat menatapnya
Apa kau tak lagi ingat nama gerobak penjual pisang lumpur di taman kota yang menjadi langganan uang mu terkuras hanya untuk sekotak rasa cokelat tiramisu?
Hahaha…lucu bukan
Tak ingatkah kau tentang angan dan inginku untuk melihat indahnya swastamita di ujung Selatan Kota ini dan kau menyuarakan bahwa kau akan membawaku pada titik itu
namun ternyata pergimu mendahului segalanya
lalu siapa yang akan membantuku mewujudkan anganku itu?
Siapa yang akan cemas dan memarahiku ketika asam lambungku kumat?
Siapa yang akan membawaku mengitari jalanan bandara sebelum kembali pada kepulangan?
Siapa yang akan mendengarkan cerita hari-hari ku?
Nyatanya aku hanya bisa terdiam ketika ibuku menyebut namamu dan menanyakanmu
Malam itu,saat mataku dan matamu berpapasan di bawah temaram lampu jalan di pesisir Daulasi
Aku nyata di hantam realita bahwa malam itu adalah terkahir aku melihat rupamu, terakhir aku mendengar suaramu sebelum akhirnya kata tinggal mengambil perannya.
Meski demikian, setidaknya sudah ku tatap puas wajah dan lentik bulu matamu dengan penuh kelembutan dan ketulusan
Sebab hal itu yang akan menjadi bekalku untuk merinduimu kelak
Tuan,
Akan ku pastikan bahwa akulah satu-satunya perempuan yang menulis tentangmu, satu-satunya yang menjadikan mu indah untuk dikenang karena kau akan abadi dalam tulisan ini
Kau tahu,aku menulis aksara ini ditemani senyum dan setitik air mata di ujung mataku dan ku kemas ia sedemikian rupa untuk nanti kau baca agar kau tak lupa bahwa kita pernah bersama
Percayalah,rasaku tak pernah usai ia akan hidup bersama Usia Tuhan
Satu hal terakhir yang ku ramu tentangmu adalah upaya dalam kepayahan yang tak henti-hentinya ku buat untuk memintamu sekali lagi pada Tuhan.
Masih banyak hal tentangmu dan kita yang jika ku tuliskan mungkin menghabiskan berlembar lembar kertas kenangan dan ribuan tetes tinta pengharapan
Maka ku persingkat saja, “pulanglah pada peluk,pada umur kisah yang tak mengharapkan pisah”.
OLEH : Puana
Fakultas Keguguran dan Ilmu Pendidikan Unkhair
Ternate 21 Desember 2023.
Discussion about this post