Aku memandangi lembut aliranmu,
yang menghayutkan jiwa dengan semua mimpi,
membawa cinta, harapan, dan duka.
Air yang jernih menggambarkan moralitas yang murni. Namun, terkadang keruh oleh luka
menunjukan derita yang pilu.
Ada yang datang senyum cerah, mengalir bersama
arus kebaikan. Adapula yang menangis dalam sepi,
mencari tempat untuk melepas kesedihan, serupamu mengalir.
Adapun gunung yang menjulang tinggi hijau dan kaku,
kadang kabut membungkusmu, kadang awan selalu menyelimutimu. tak ada satu pun yang dapat memindahkanmu.
termasuk hujan yang terus menerus membasahimu, kau tetap kokoh dan membisu.
kala burung burung menyambut pagi,
kala pohon pohon menari memberi harapan dan mimpi yang tinggi, berjenjang gunung. Sentuhan Tuhan tak pernah tersesat.
Aku membenci hujan.
namun, semilir sukapun bersemayam.
terkadang ia menenangkan bising-bising yang terpatri di kepala.
Suaranya, membawa ku di dalam dunia mimpi
yang tiada habisnya. Namun, terkadang kau membawa kekecewaan dengan sejuta
kenangan yang dilupakan.
Tetapi semua telah berlalu, bersama harap dan semoga. Waktu terus berjalan tak bisa semula, seperti kau yang datang dari langit ke bumi, tak bisa terpantul kembali.
Gunung, Laut, Hujan dan semua mahakaryanya telah apik di sentuhan tuhan.
13 – Agustus 2024
Oleh : JESISKA F. SIBU
Siswi SMK Nusantara kota Tobelo, Jurusan (Teknologi komputer dan jaringan).
**) Ikuti berita terbaru Mediasemut.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow
Discussion about this post