“Kita terlahir dari waktu, oleh waktu, dan untuk waktu, Ahmad. Kita semua anak semesta yang hidup, dikehendaki oleh waktu.” Tambah Normala, melihat keadaan Ahmad yang sudah dipahaminya.
“Betapapun begitu, kita harus mengenal waktu, Ahmad. Hari ini kau berpergian tak mengenal waktu.” Lanjut Normala kepada Ahmad.
Mendengar kalimat Normala, Ahmad segera ingin menanggapi.
“Hanya karena baru sehari ini aku berpergian aku disebut tidak mengenal waktu, kak?” Tanya Ahmad, kemudian melanjutkan, “semua anak semesta sudah diberikan kebebasan oleh waktu. Aku sangat mengenal waktu. Karena aku mengenal waktu, maka aku harus berpergian.
“Justru ketika aku hanya mematung di rumah saja patutlah aku disebut tak mengenal waktu. Aku tak merdeka. Aku bak manusia pada umumnya yang sudah dibelenggu oleh para ahli-ahli itu.”
“Pun kakak, yang membicarakan perihal waktu persis para ahli itu berbicara.”
Usai mengatakan kalimatnya itu, Ahmad melangkah menuju peristirahatannya. “Baiklah. aku hendak beristirahat, kak.”
“Semoga waktumu selalu baik, Ahmad.” Ucap Normala dengan lirih.(*)
**) Ikuti berita terbaru Mediasemut.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow
Oleh: Achmad Gani Pelupessy
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Discussion about this post