“Sekalipun aku mati, aku kekal di dalam waktu. Usiaku takan usai. Aku akan kembali lahir di dalam waktu, entah itu waktu temporal atau eternal.”
“Adakah yang bisa membunuh waktu?” Ia lontarkan sepenggal pertanyaan yang entah kepada siapa ia tujukan.
Waktu itu seperti yang ia sampaikan tentang kesepakatan umum telah menunjukkan malam hari. Alam semesta begitu gelap.
BACA JUGA : Perempuan Yang Suram
Penglihatannya yang setajam mata elang, perabaan yang lebih peka dari para dewa, serta pendengarannya yang mampu menangkap musik dan ratap tangis, di malam itu, ia kesusahan berbicara tentang gelap.
Betapapun itu, ia coba untuk bicara.
“Gelap adalah fenomena alam. Bukti alam semesta bergerak mengikuti kehendak waktu. Gelap adalah kondisi alam yang kehitaman. Tapi gelap bukan kelam. Gelap bagian dari kekekalan waktu. Sedang kelam yaitu sikap pasrah atau menyerah kepada keadaan.”
Ia berhenti sejenak, berusaha memikirkan sesuatu.
“Lazimnya para penjajah itu. Jangan sampai kita mudah mengamini seluruh pendapat mereka. Hidup atas kehendak orang lain adalah senyatanya sikap menyerah.” Ia menambahkan.
Discussion about this post