Mediasemut.com – Dalam sanubarinya ia kemukakan sepotong pertanyaan itu.
“Semua elemen alam semesta akan menunjukkan perubahan kondisi alam sebagai waktu. Aku menyetujuinya, sekalipun bagiku, itu hanya sebuah hasil kesepakatan umum yang sudah sangat purba.”
“Waktu adalah perjalanan yang tiada berhenti. Sebuah jejak alam semesta yang paling panjang umur, paling abadi meskipun usia telah usai.”
Ia menghela nafas dalam-dalam, menatap lamat-lamat, kemudian memikirkan kembali seonggok pendapat yang dia sampaikan. Di dalam pikirannya, ada setumpuk pendapat para pemikir ulung, para ahli, para filsuf yang katanya punya penjelasan yang benar tentang waktu. Ia menolak untuk meyakininya.
Sekelompok manusia yang dikultuskan itu tak ubahnya seperti para penjajah yang ingin menonjolkan diri dengan ilmu pengetahuan.
Mereka menyihir ratusan juta manusia serupa wayang. Mereka memainkan wayang itu, membentuk pikiran, menciptakan kebiasaan, lalu wayang itu bergerak sesuai apa yang diperagakan oleh mereka.
“Kurang ajar!” Spontan ia berseru
“Mereka takan memenjara pikiranku. Aku manusia merdeka. Aku adalah waktu yang tiada berhenti. Aku berjalan, berlari, terbang melayang atas kemerdekaanku. Aku tiada penghabisan.”
Discussion about this post