SOFIFI,MS — Pelestarian warisan budaya lokal bertujuan untuk menjaga identitas dan jati diri suatu masyarakat atau bangsa. Budaya lokal mencerminkan nilai-nilai, kepercayaan, dan sejarah suatu kelompok manusia. Melalui pelestarian, kita dapat memperkuat ikatan sosial dan kebanggaan terhadap warisan budaya yang dimiliki.
Dalam rangka memeringati HUT ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia, Pemerintah Provinsi Maluku Utara melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menggelar Festival Kie Raha (FRR). Mengusung tema “Rempah Kie Raha, Jalan Kebudayaan”, kegiatan ini diharapkan dapat menguatkan jalur rempah sebagai konektivitas ekosistem budaya di masa depan.
Festival yang di gelar selama 3 hari yakni 14-16 Agustus ini dipusatkan di Bundaran Maluku Utara. Secara simbolis peserta Karnaval dilepas Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Maluku Utara, Dr. Abubakar Abdullah, M.Si., titik start di Bundaran Maluku Utara, selanjutnya peserta akan finish di Lokasi Kawasan Ekonomi Kreatif UMKM Sofifi.
Terpantau, Kesultanan Ternate, Kesultanan Bacan, Kesultanan Jailolo, Kesultanan Tidore, serta berbagai unsur masyarakat mulai dari komunitas budaya, sanggar seni dan sastra serta para pelajar dengan antusias mengikuti kirab festival budaya ini.
Ratusan peserta menampilkan beragam kreatifitasnya masing-masing di bidang seni dan budaya dihadapan Pj. Sekprov dan anggota Forkompimda yang berada di panggung kehormatan.
Sebagai informasi, dalam Festival Kie Raha ini terdapat enam kegiatan yang akan dilaksanakan diantaranya Pertunjukan Seni dan Cipta Sastra Daerah dengan tema Rempahku dalam Balutan Kreativitas Anak Negeri, Pameran Warisan Budaya dengan tema Merawat Warisan Budaya, Merawat Anak Cucu, Seminar Jalur Rempah dengan tema Jalur Rempah Nusantara dan Maluku Utara, Workshop Tata Kelola Festival dengan tema Festival Jalur Rempah dari Masa ke Masa, Workshop Perlindungan Warisan Budaya dengan tema Jalur Rempah dan Warisan Budaya dan City Tour dengan tema Cagar Budaya dalam Genggaman Milineal.
Aneka tari kreasi ditampilkan berpadu dengan iringan musik yang dimainkan langsung oleh peserta maupun rekaman. Tak hanya menunjukkan seni tarian-tarian yang memikat, pada parade tersebut setiap peserta pun dibalut dengan berbagai kostum dan aksesoris warna-warni yang unik.
Menurut Abubakar, Festival Kie Raha digelar dalam rangka mengenang momen historis kejayaan masa lampau Maluku Utara untuk generasi muda, juga branding jalur rempah sebagai sebuah kebudayaan, yaitu memiliki peran sebagai jalan menuju masa depan, untuk terciptanya konektivitas budaya dan menghidupkan kembali ekosistem budaya yang berkelanjutan.
“Saat ini kita kembali mengenang kisah lampau, catatan sejarah membuktikan bahwa Maluku Utara memiliki kejayaan di masa lampau dengan kekayaan rempah-rempahnya,” ujar Abubakar disertai tepuk tangan masyarakat.
Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi Maluku Utara, Rahwan K Suamba saat ditemui menyampaikan, bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Malut terus berupaya untuk menjaga keanekaragaman adat budaya lokal agar generasi penerus dapat menikmati khazanah kekayaan budaya Maluku Utara.
Sementara Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Malut, Damruddin Rahman, M.Pd., mengungkapkan tujuan digelarnya pestifal Kie Raha ini untuk mengajak masyarakat turut serta dalam melestarikan warisan budaya. Terlebih Maluku Utara memiliki banyak warisan budaya, sehingga pada rangkaian HUT RI menjadi kesempatan untuk dipromosikan.
“Kita mengupayakan pengembangan dan pelestarian budaya. Dari banyaknya adat istiadat di Maluku Utara kita ingin kenalkan ke masyarakat untuk melestarikan bersama-sama,” pungkas Damruddin. (Adi/Humas/Adpim)
Discussion about this post