MEDIASEMUT.COM – Dimalam januari yang dingin, Ketika hujan telah usai Terdengar setiap tetesan embun dari atap rumahku.
Tetesan lembut perlahan mengenai sebuah genangan air. Seakan menjadi lantunan irama yang lembut dan di Sertai suara katak yang bernyanyi Ketika mencari pasangan.
Ku terbaring diam di antara suara tetesan embun dan nyanyian katak. Seakan Memberi kedamaian ketika jiwa yang Lelah seakan ingin menghentikan langkahku.
Ketika kenangan, ku simpan rapih dalam benakku.sebuah bayangan. Hadir tanpa permisi kemudian membangunkan ingatan yang telah lama mati. Seketika ku teringat Akan rindu yang pernah ku titipkan di sebuah dermaga.
Rindu yang menjadi saksi Ketika ku di hantam realita bahwa hari itu. Ku berada dalam sebuah kepahitan akan harapan.
Berawal dari aku yang selalu merindukanmu Ketika jarak menjadi penghalang. Antara kita, Sempat di ajak oleh teman dan kaka tingkatku (rahmat dan ka Julia) untuk berkunjung ke salah satu kota(ternate)
Kota yang di mana menjadi tempat tinggalmu. Lantas tanpa berpikir Panjang ku langsung meng-iyakan, ajakan yang di sampaikan kepadaku, dengan harapan ingin bertemu Denganmu.
Di bekali rindu yang mendalam akan berjumpa denganmu, ku sempat Memberimu kabar bahwa ku akan datang ke kotamu, dan kau sempat bertanya.Akan alasanku mendatangi kotamu,lantas penuh harapan ku berkata
Bahwa ku ingin bertemu denganmu. Dengan lantangnya kau berkata “iya” sembari merapal kalimat penuh. Harapan bahwa kau akan menungguku. Hal itu seakan memberiku kedamaian
Yang menyertai kepastian akan harapanku. Ketika sore itu, ku memutuskan untuk menyebrangi samuderah.
Menuju ke kotamu dengan harapan kau kan menungguku di Seberang sana, aku dengan niatku, ingin bertemu denganmu
Sudah ku kemas dengan sesempurna mungkin dan bahuku seakan. Tak mampu memikul rindu yang begitu besar.
Ketika sore merapal salam melalui senja seakan menjadi. pertanda gelap perlahan menampakkan jejaknya. cahaya dengan tulus berlabuh seakan tau bahwa hadirnya sebatas singgah.
Dan langit seakan menyaksikan perjalananku yang penuh arti. Ketika setiba nya aku di kotamu, ku kembali mengabarimu melalui Pesan yang ku kirim. Bahwa ku telah tiba di kotamu.
Dan dengan lembut kau, Membalas pesanku dengan kalimat “alhamdulillah” sembari menanyakan Kabarku, apakah aku baik-baik saja?.Seketika ku menjawab pesanmu dengan kalimat “alhamdulillah baik-baik saja”.
Ketika malam mulai beranjak ke penghujung fajar, harapan seakan Merapal ayat-ayat cinta dan malam diambang pudar seakan tak ada jejak di dalamnya, Dan aku yang tak henti-hentinya merayu tuhan agar pertemuan kita di percepat, dan Kesederhanaan waktu yang membeku seakan meragu ke tepi malam.
Dalam diam, rindu terasa semakin nyata, seolah waktu,bermain dalam kabut gelap.
Tatkalah waktu perlahan berjalan. Dan lisan kalbu seakan berisik menyamput pagi penuh harapan sembari tersenyum.
Hangat menyambut hari. Hari yang di mana menjadi saksi pertemuan kita.
Dan aku yang seakan tak mau kalah akan perannya, waktu yang terus Berjalan, ku langsung menghubungimu dan membuat janji untuk Bertemu di suatu tempat, dan kau meng-iyakan janji itu.
Hingga tiba waktu pertemuan kita. Namun, Ketika ku Kembali menghibungimu seperti biasanya, kau sempat Tak menjawab telponku. dan ku sempat berpikir mungkinkah? kau sibuk sebentar.
Dan tak berselang lama sembari menunggu kabar darimu, aku sempat di buat gelisa
Akan kau yang tak memberi kabar dan keresahan perlahan datang menghampiriku.
Mengapa tidak, sedang diriku ditikam kerinduan yang teramat besar akan hadirmu.
Sembari menunggu kabar darimu,aku selalu menelponmu terus-menerus
Dan nada dering dariku seakan menjadi lagu bagimu.penuh kekesalan
Dan jemariku seakan gemetaran membuatku perlahan mulai di hadapkan dengan Penantian yang penuh kekhawatiran.
Ketika ku terduduk diam dalam kesalku,tiba-tiba kau mengirimku sebuah Pesan dengan dalih kau tak sempat mengangkat talponku karena kau Sedang tidur, di situ ku berpikir, seakan kehadiranku tak kau inginkan.
Beranjak dari sebuah perjanjian akan pertemuan kita, Ketika ku tiba di kotamu.
Namun, dengan hati yang penuh kekesalan ku masih bisa tersenyum Ketika Melihat dan membalas pesanmu, sembari menanyakan kapankah, kau kan datang?
Namun, dengan segala harapan yang telah di ciptakan, tanpa kau pikirkan niatku yang sejauh ini, sampai-sampai Dengan lantangnya kau sampaikan bahwa kau tak Bisa bertemu denganku, sekilas membuatku bingung akan hatimu yang begitu Tegah dan kejamnya.
Hingga detik setelahnya kau hempaskan aku ke dasar samudera yang paling dalam.
Ketika niat dan harapanku untuk bertemu dengan mu sudah ku kemas dengan sesempurna mungkin dengan rindu yang seberat ini, dan dengan mudahnya kau buat seakan hadirku tak berarti bagimu.
Hinggah akhirnya ku duduk termenung dan terpaku. ketika ku di hantam realita akan Kesia-sian yang perlahan menggerogoti diriku. dengan hati yang penuh kekesalan atas harapan yang tak kesampaian seakan menjadi alunan melodi.
Matahari perlahan terbenam dan senja melukiskan kisah,
Perjalanan penuh harapan membawa kegagalan di setiap jejak kaki melangkah.
Dan kalbu seakan menangis akan harapan yang kau kecewakan. Bagai kisah pilu yang di tinggalkan hujan.
Sampai akhirnya, Ketika ku memutuskan untuk Kembali, Langkahku Seakan berat. untuk melangkah menuju kepulangan.
Ketika setibanya aku di dermaga bastiong. sembari menunggu kapal Kian berangkat, dengan hati yang penuh mimpi seakan mati, pergi dan Kembali Seperti ombak tiada arti.
Aku terpaku diam di sebuah ruangan yang berada di terminal Bastiong, ku duduk di sebuah tempat duduk yang terlihat sedikit lesuh Dan kasar seperti banyak memikul beban dari setiap insan yang mendudukinya.
Dan di bawah cahaya lampu yang sedikit redup seakan kehabisan harapan Untuk nyala.
Ketika ku termenung sembari sedikit menundukan kepala dan Berpikir tentang rindu yang telah ku pikul sejauh ini. ku berpikir, akankah ku bawah Kembali rindu ini pada kepulangan? Atau ku titipkan saja. ujarku.
Dengan harapan kau datang menyusul ku dan berkata biarkan rindumu bersamaku.
Namun, harapanku di patahkan oleh kepulangan tanpa bertemu.
Ketika keredupan lampu semakin jelas, terdengar suara terompet kapal menjadi Pertanda akan berangkatnya kapal, dan aku perlahan dilanda sebuah dilemah akan Di titipkan atau dibawah Kembali rinduku ini.
Hinggah pada akhirnya ku putuskan untuk ku titipkan rinduku di Dermaga bastiong, juga menjadi saksi bisu Ketika rindu yang tak bisa kuselesaikan.
Juga tentang harapan yang tak berakhir pada penghujung kepastian.
Ku belajar untuk melepaskan rindu ini dan mencoba berdamai dengannya.
Namun, langkahku seakan berat ketika melangkah menuju kapal kepulangan.
Hingga akhirnya dermaga bastiong menjadi tempat dimana aku menitipkan rindu.
OLEH:OSAMA IRWAN
Fakultas Teknik Unibrah
Balisosa,9 January 2024
Discussion about this post