TERNATE,MS – Jelang Pemilihan Wali Kota (Pilwako) Ternate pada November 2024 mendatang, beberapa figur politisi perempuan pun mulai santer dibicarakan.
Hal ini dibuktikan setelah partai Demokrat menyiapkan dua kadernya satu diantaranya adalah perempuan yakni Heny Sutan Muda.
Wakil Ketua DPRD Ternate ini, ketika di sodorkan soal isu atau stigma terkait dengan peran gender yang menjadi alsan pada Pilwako Ternate Tahun 2020 kemarin. Ia menjelaskan bahwa, pihaknya tidak bisa memaksakan diri apabila stigma-stigma tersebut terjadi.
“Kita hanya bisa menyesuaikan diri apabila ada stigma-stigma seperti itu,” ucap Heny.
Anggota DPRD Ternate aktif ini juga menegaskan, stigma gender terkait soal perempuan yang tidak bisa menjadi seorang pemimpin, Heny menyebutkan itu hanyalah sebuah mitos.
“Sebenarnya bagi saya itu hanyalah mitos, stigma yang dibangun itu harusnya menjadi tanggung jawab kita bersama untuk rasionalisasikan kepada masyarakat bahwa itu hanyalah stigma,” tukasnya.
“Tapi memang ini juga butuh waktu, tidak sekedar kita membalikkan telapak tangan ketika kita melakukan sosialisasi atau edukasi,” tambahannya.
Heny membandingkan, dengan pengalaman pada Pilwako Ternate Tahun 2020 kemarin. Stigma gender terkait dengan Perempuan tidak bisa memimpin itu justru yang tidak mendukung tokoh perempuan adalah kaum perempuan sendiri.
“Memang justru yang kemarin jika kita mengambil pengalaman dari ibu Merlisa maupun Ibu Nita, justru yang tidak memilih perempuan itu adalah kebanyakan dari perempuan itu sendiri, karena jumlah penduduk perempuan dan laki-laki di Kota Ternate itu lebih banyak perempuan, sekitar 60%,” timpalnya.
Selain perempuan itu juga menurut Heny, banyak masyarakat adat yang tidak mendukung karena masih ada stigma-stigma seperti itu.
“Tapi kalau memang dilihat secara adat dan budaya, perempuan kalau dilihat dari filosofi ketika ada hajatan atau tahlilan itu setinggi apapun jabatan perempuan dia tidak bisa duduk diposisi yang sama dengan laki laki. Ini yang dihubungkan dengan kepemimpinan bahwa perempuan itu tidak bisa menjadi seorang Khalifah atau menjadi pemimpin di Kota Ternate,” ujar Heny.
“Nanti kita lihat, kalau survei nya seperti itu kita tidak harus memaksakan diri, karena stigma atapun opini seperti ini tidak bisa terbantahkan dengan sekedar berevolusi karena butuh waktu sebetulnya, ketika saya coba menabrak stigma ini dan kalau memang masih ada kendala seperti itu didalam survei maka nanti survei yang berbicara bawah perempuan belum bisa begini dan sebagainya,” sambungnya.
Reporter : Iki
Editor. : Redaksi
Discussion about this post