MEDIASEMUT.COM — Visi Indonesia Emas 2045 merupakan cita-cita besar bangsa untuk menjadi negara maju dengan kualitas hidup yang tinggi melalui peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup rakyat. Dalam mewujudkannya Perawat memiliki peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan, memberikan pelayanan yang berkualitas, aman dan terjangkau bagi masyarakat. Hanya saja dalam mewujudkan visi tersebut, masih terdapat isu dan tantangan etik dalam dunia keperawatan yang perlu diatasi.
Isu Utama dalam Keperawatan Menuju Indonesia Emas
Isu yang pertama adalah kekurangan tenaga perawat di daerah terpencil yang menjadi salah satu tantangan terbesar saat ini. Berdasarkan data pada Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SI SDMK) Kementerian Kesehatan per 5 Desember 2024, diketahui ada beberapa daerah yang sama sekali tidak ada tenaga perawat yaitu di 64 Puskesmas yang tersebar pada 21 provinsi di Indonesia khusunya di 38 kabupaten kota yang merupakan daerah terpencil. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan Direktur Jenderal tenaga Kesehatan, drg. Arianti Anaya, MKM yang dilansir pada https://ditjen-nakes.kemkes.go.id pada pembukaan Launching Hibah-WHO dan Diskusi Tematik di Jakarta, 11 Juni 2024, beliau mengatakan bahwa : “Saat ini Indonesia mengalami masalah di bidang kesehatan diantaranya kekurangan tenaga kesehatan di beberapa fasilitas kesehatan, terutama di Daerah Terpencil Perbatasan Kepulauan (DTPK) dan distribusi yang belum merata. Situasi ini menjadikan keterlambatan pada pelayanan kesehatan kepada masyarakat”. Ketimpangan distribusi tenaga kesehatan ini menyebabkan banyak masyarakat di pelosok tidak mendapatkan akses layanan kesehatan yang memadai. Isu yang kedua adalah adanya ketimpangan akses layanan kesehatan dimana kendala geografis juga menjadi tantangan besar dalam keadilan dan pemerataan akses layanan kesehatan. Adapun isu yang ketiga adalah adanya perubahan teknologi dan digitalisasi kesehatan, hal ini menjadi tantangan tersendiri meskipun kemajuan teknologi kesehatan membawa perubahan signifikan, namun tantangan utama dalam peningkatan kualitas pelayanan publik di era digital adalah infrastruktur teknologi yang masih belum merata terutama di wilayah terpencil, akses internet dan teknologi informasi masih terbatas. Hal ini menyebabkan kesenjangan digital antara wilayah perkotaan dan pedesaan, yang berdampak pada kesenjangan dalam akses terhadap layanan kesehatan digital.
Etik dalam Praktik Keperawatan di Masa Transformasi
Dalam konteks transformasi ini, nilai-nilai etik keperawatan harus tetap menjadi pedoman. Yang pertama adalah perawat dituntut untuk menjaga keadilan dalam memberikan pelayanan, Prinsip Justice mengacu pada kesetaraan dalam bidang keperawatan, perawat harus berlaku adil dan memastikan semua pasien menerima akses yang sama terhadap pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya. Namun, fasilitas kesehatan yang kurang memadai pada puskesmas daerah terpencil dengan peralatan dan tenaga kesehatan yang sangat terbatas dapat menghambat pelayanan yang optimal bagi masyarakat. Fasilitas yang tidak lengkap dan tidak mampu menampung kebutuhan pasien dapat menyebabkan penurunan kualitas pelayanan. Yang kedua adalah Memastikan privasi dan kerahasiaan data pasien di era digital, penggunaan teknologi seperti telemedicine dan rekam medis elektronik menimbulkan tantangan baru dalam menjaga kerahasiaan data pasien. Privasi dan kerahasiaan data pasien harus dijaga sesuai dengan standar etik keperawatan yakni selalu mengutamakan hal-hal yang berkaitan dengan kebaikan (beneficence), tidak merugikan (non-maleficience) dan otonomi pasien yang menjadi elemen kunci yang harus dipertahankan meskipun teknologi semakin canggih. Kemudian yang ketiga adalah bagaimana perawat mempertahankan empati dan hubungan manusiawi di tengah kemajuan teknologi, perawat juga perlu memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak mengurangi empati dalam pelayanan. Hubungan manusiawi antara perawat dan pasien harus tetap menjadi prioritas di tengah digitalisasi karena Perawat memiliki keunggulan dalam pemberian layanan keperawatan yang berkualitas kepada pasien karena sebagai manusia perawat memiliki empati, bekerja dengan hati, perasaan dan sentuhan yang tidak dapat digantikan dengan kemajuan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) maupun Robotika medis.
Strategi dan Kontribusi Perawat Menuju Indonesia Emas
Menuju Indonesia Emas 2045, peran perawat menjadi semakin penting dalam menciptakan masyarakat yang sehat dan berdaya saing. Dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika, perawat tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan tetapi juga menjadi agen perubahan yang mendorong kemajuan bangsa sehingga pemerintah perlu memastikan pelayanan kesehatan menjangkau hingga ke daerah terpencil. Dengan kerja sama semua pihak, diharapkan pelayanan kesehatan harus diberikan secara merata dan adil, agar semua kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan dapat terpenuhi dengan baik sehingga Indonesia dapat mewujudkan visi besar nya, dengan perawat berada di garda terdepan perubahan. Untuk menjawab tantangan ini, pendidikan keperawatan harus terus ditingkatkan. Perawat perlu dilengkapi dengan keterampilan baru, baik dalam hal teknologi maupun kemampuan komunikasi lintas budaya, untuk menghadapi kompleksitas masyarakat Indonesia yang beragam. Inovasi dalam pelayanan kesehatan berbasis komunitas juga menjadi strategi penting. Perawat dapat menjadi penggerak program kesehatan yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat, seperti pencegahan penyakit melalui edukasi kesehatan. (*)
Penulis Artikel : Irnawaty Rachman
(Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi)
Discussion about this post