MEDIASEMUT.COM – Disudut ruangan paling himpit, dibawah teduh pepohonan yang rindang, sepasang bola mata beradu tatap perdetiknya. Memang, sewaktu waktu aku tahu dia, tapi tidak mengenalnya. Sembari duduk berhadapan dan dia memulai obrolan liar, tapi tak kujawab ayu, begitulah aku. Orang baru tetaplah orang baru.
Perkiraanku kita tak akan berkelana sampai sana, setelah itu, kita sering bertemu tapi takku sapa, kecuali dia yang memulainya. Lagi, aku tak bisa menghindar, sebab kita masih dalam lingkungan yang sama. Waktu perwaktu merakit sendiri, takdir mulai memperbesar peluang.
Dan ketika itu, ada satu acara yang berlangsung, kita semua kegirangan, dia menyuruhku membacakan puisi yang sempat kubacakan pekan lalu, dan kuiyakan. Selepas aku membacakan puisiku, dia berbisik tepat di sampingku, “sebentar setelah acara ini ikut aku ya, kujemput” tanpa berpikir panjang aku hanya mengangguk, tanpa bingung dan tanya. Begitulah, tak enak untuk menolak.
Pagi pukul 10:50 handphoneku berdering, tanda panggilan masuk dan kuangkat, ternyata itu telepon darinya, dia menyuruhku bersiap-siap untuk dijemput. Selama perjalanan, aku memang sudah tau bahwa dia akan membawaku untuk menemaninya membawa materi pada salah satu organisasi. Dan itu berakhir sampai sore hari, dia masih tak mengantarku pulang, sebab katanya masih ada senja yang perlu diperlihatkannya padaku.
Ketika matahari terbenam, aku kembali bernostalgia bahwa dulu, ada pun laki-laki yang membawaku untuk melihat senja tepat di hari ulang tahunku. Dia berusaha mencari topik tapi aku masih saja tercengang pada kenangan dan tidak menghiraukannya. Kupikir percuma semua yang dimulai dari awal, Karena akhirnya kita hanya bisa merenggek atas ketidakpatuhannya kita pada takdir.
Dia terus memanggilku dan menyuruhku mendengarkannya, sontak aku kaget dan berusaha memahami dan berbincang dengannya. Sayang, senja itu menandakan bahwa aku masih merinduinya. Tapi aku berharap senja kali ini kan lebih baik dari sebelumnya. Kemudian dia beranjak dari tempat duduknya dan mengajakku untuk lekas pulang.
Kupikir, kita hanya sampai pada moment itu saja, tak lebih. Tapi ternyata dia masih ingin berkenalan sekaligus berkelana denganku. Yasudah, untuk kali ini biarkan dia masuk, dan mengacaukannya sendiri, sebab kiranya dia takkan mampu dengan perangaiku. Kuakui dia memang terang-terangan dan berlaku sesuai isi hatinya. Dia tak pernah sekalipun bertanya, mau menjadi pacarku? Mungkin ini sudah kekanak-kanakan. Tapi menurutku harus ada penjelasan. Dan aku bertanya “maksud dan tujuanmu ini apa?” Dan dia sudah menganggap diriku adalah pacarnya. Tanpa basa basi. Aku sempat heran. Ternyata masih ada lelaki gila yang tinggal dibumi.
Setelah berbulan-bulan bersamanya, dia tak lekas-lekasnya beranjak dari sisiku saja, tapi dia mampu berteman dengan perangaiku sambil menata sabar dan tenangnya. Mari jadikan kencan yang berkesan berbekal kesetiaan.Terima kasih telah berkunjung dan berjuang, semoga kau tak lupa Rumah tempatmu pulang.
Tiada yang paling puisi, selainmu yang abadi.
Oleh : Sirli Saputri
Discussion about this post