MEDIASEMUT.COM – Match day Poram Mareku Versus Cordoba Ternate berakhir dengan kemenangan poram 2 – 0, sekaligus menjadi laga pamungkas di fase knock out (sistem gugur) Gurabati Open Tornament ke 26. Poram berhasil mengunci satu slot jatah ke putaran berikutnya menyusul tujuh tim yang sebelumnya telah mendapat tiket melenggang ke quarter final yaitu, BWS, Rumania, PUSAM, Ome Putra , Selapura, Porto FC, dan Belajangi. Tim yang lolos sudah di prediksi sebelumnya oleh publik sepak bola yang menyaksikan langsung di Stadion Gurabati, akan merajai ivent kali ini, bukan tanpa alasan sebab materi pemain bertabur bintang lapangan hijau dan menampilkan permainan menghibur sejak dihelat pada tanggal 2 Mei 2023.
Disamping itu, delapan kontestan ; Maldini, Persiga, Perstug, Togale, Ridho Pratama, Soasio Remaja, Makaeling dan Cordoba terdepak setelah mengalami kekalahan pada laga krusial fase knock out . Tensi pertandingan yang cukup tinggi, seakan memicu ardenalin pendukung masing kesebelasan yang hadir menyaksikan langsung tim kesayangannya. Jual beli serangan, aksi protes pemain dan official terhadap keputusan wasit , insiden didalam lapangan, kericuhan penonton dan pengajuan keberatan, mewarnai laga hidup mati ini. Walaupun demikian putaran sistem gugur dapat terlaksana sesuai match schedule yang di tetapkan oleh panitia penyelenggara.
Terhadap Keberatan/protes yang diajukan dengan dalih tim lawan telah melanggar aturan khusus dan kesepakatan MCM, maka panitia atas dasar surat protes menindaklanjuti pengajuan keberatan melalui mekanisme dan prosedur setelah mendapat laporan dari Matchom (Pengawas Pertandingan), kemudian diteruskan ke Panitia Disiplin dan diputuskan sesuai Regulasi (aturan khusus) pertandingan Gurabati Open Tournament. Ini juga menepis tuduhan oficial dan pelatih (berlisensi) menangani tim yang telah mengalami kekalahan bahwa seakan penyelenggara tidak profesional dan abal abal karena tanpa membentuk panitia disiplin. Patut diketahui bahwa dua puluh enam tahun event ini berlangsung, beberapa fase penyelenggaraan sudah dilewati dan terbukti berjalan sukses, alangkah naifnya panitia bila lalai dengan persoalan ini.
Tuduhan lain yang tidak kalah menyesatkan adalah panitia penyelenggara beraviliasi dengan tim tertentu karena ada kepentingan politik didalamnya, indikasi ini terlihat ketika salah satu pendukung tim membawa spanduk bertuliskan ” Harapan Kami Sepak Bola Tanpa Politik “ dan “ Jangan Bunuh Harapan Kami” . Walau secara kasat mata tidak jelas ditujukan ke pihak mana, tapi terlanjur membentuk opini publik bahwa panitia masuk angin terhadap kepentingan politik tertentu melalui ivent GOT. Adanya opini semacam ini, kemudian menimbulkan kecurigaan bahwa penyelenggara terlibat dalam pengaturan skor (match fixing) bersama perangkat pertandingan dengan tim yang berkepentingan. bahwa yang paling di rugikan atas propaganda tersebut tentunya adalah pihak panitia penyelengara. Oleh karenanya bisa dipastikan bahwa tuduhan ini mengada-ngada, tidak mendasar dan tanpa bukti otentik. Dalam dunia sepak bola baik di level piala dunia sampai liga amatiran, fenomena seperti ini sering terjadi, jika tim dalam posisi memenangkan laga wasit dan panpel diapresiasi sebaliknya ketika mengalami kekalahan maka pasti di jastifikasi.
Sebagai penyelenggara dengan segala potensi dan sumber daya, memberikan porsi yang seadil adilnya kepada semua kontestan GOT tanpa pandang buluh. Sekali lagi dua puluh enam tahun telah di lalui, sikap dan komitmen kami adalah ” Menjaga Marwah GOT” yang sudah dibangun dengan semangat dan pengorbanan. Selalu berbenah dari waktu ke waktu, meningkatkan kualitas penyelenggaraan bukan hanya sekedar kemasan kekinian, tetapi disertai pertandingan yang berkualitas dengan menjunjung tinggi fair play.
Momentum hari Kebangkitan Nasional, kami yakin bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama mimpi dan melihat GOT menjadi iven resmi PSSI akan terwujud, bukan lagi menjadi iven Asosiasi PSSI di Daerah, yang penuh drama tanpa solusi. Insya Allah(*)
Gurabati, 22 Mei 2023
Discussion about this post