Oleh : Fikram Guraci
(Anggota SMI Cabang Ternate dan Study Clup Jejak Langkah)
Mediasemut.com – Disadari atau tidak dengan lajunya perkembangan zaman saat ini, telah menciptakan kehidupan masyarakat yang serba praktis dan lebih mudah. Masyarakat yang dulunya dapat berkomunikasi jarak jauh hanya mengunakan surat ataupun telepon umum, sekarang sudah lebih maju, yaitu mengunakan telepon seluler hingga mengenal social media berupa Facebook, Instagram, Tweeter, whatsApp dan lain sebagainya. Tentunya fenomena modernisasi seperti ini dapat kita jumpai dimana saja, seperti ditempat-tempat umum dan lain-lain. Hal ini ditandai dengan lahirnya globalisasi sebagai terobosan model perkembangan zaman yang dipenuhi dengan berbagai macam teknologi digitalisasi dan produk pasar. Sehingga dapat berguna bagi setiap orang yang hidup di era sekarang dalam melakukan aktivitas setiap harinya.
Namun kita tidak dapat pungkiri hal itu, bahwa ada dampak-dampak positif dan negatif yang ditimbulkan tentang pengaruh globalisasi. Sebab, segala kebutuhan dan kemudahan dari era yang dipenuhi teknologi informasi serta produk-produk baru, dan hubunganya dengan masyarakat terlihat biasa-biasa saja akan tetapi, apa bila tidak diperhatikan dapat melahirkan sebuah ketidakseimbangan gaya hidup. Dikarenakan minat atau konsumenya melibatkan banyak orang seperti anak-anak sampai orang dewsa, dan mengeser perilaku mereka menjadi konsumtif.
Semenjak issue tentang pandemic Covid-19 mulai menyebar keseluruh Negara, semua aktivitas masyarakat lebih banyak dihabiskan dibawah control digitalisasi. Sehingga perbelanjaan sampai tingkat pendidikan perlahan-lahan dikonstruksi dengan kebiasaan ini. Tentunya hal semacam ini tidak asing lagi di era sekarang, dan telah berkedudukan berdampingan dengan masyarakat. Maka peran aktif globalisasi telah mendominasi krakter masyarakat, dan terlebih khusus untuk generasi.
Bahaya Konsumerisme bagi Generasi
Dilansir dari Dkatadata.co.id, ”Konsumerisme adalah gaya hidup yang mengagungkan kepemilikan ekonomi, yaitu paham atau ideologi kelompok yang menjalankan proses konsumsi dan pemakaian barang-barang produksi secara berlebihan”. Konsumerisme sendiri ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai gaya hidup untuk mencapai kesenangan dan kenikmatan tanpa memposisikan sebuah produk sebagai kebutuhan.
Praktik konsumtif atau konsumerisme telah menjadi suatu indikator yang menyebabkan kemunduran cara berpikir produktif dan berperilaku lebih maju bagi banyak orang. Namun objek utamanya adalah lebih cenderungnya mengarah pada generasi milenial saat ini. Sebab mereka sangat mudah terpengaruh dan paling aktif berperan dengan adanya produk-produk baru yang ditemui melalui sarana informasi yang berkembang maupun di lingkungan sosialnya. Sehingga pembelian barang-barang dengan tinggkat pemborosan yang sangat tinggi, mereka tidak melihat suatu produk sebagai kebutuhan hidup tapi lebih tepatnya sebagai gaya hidup.
Misalnya seperti apa yang pernah disampaikan oleh salah seorang filsuf Jean Baudirillard, menurutnya, kejayaan era kapitalisme lanjut, mode of production kini telah digantikan oleh mode of consumtion. Dalam budaya konsumerisme, misalnya, simulakra (Konstruk berpikir imajiner terhadap realitas tanpa menghasilkan realitas yang sesungguhnya) dapat memanipulasi seorang konsumen untuk mengekspresikan identitasnya dengan membeli atau mengonsumsi produk atau komoditas sebanyak mungkin ditawarkan pasar kapitalis sehingga pembelian barang yang tadinya hanya berdasrkan kebutuhan hidup, kini berubah menjadi pembelian yang didasari atas gaya hidup.
Sehingga salah satu contoh yang dimaksud Buardirillard ketika anda telah memiliki tas yang biasanya digunakan untuk mengisi buku, labtop dan kebutuhan lainnya. Namun karena produk tas baru yang lebih bagus diiklankan, anda terpaksa dipengaruhi untuk memiliki tas tersebut. Bukan karena tas yang sebelumnya telah rusak atau sobek, tapi karena hasrat berkeinginan untuk memilikinya sangat besar sehingga dengan cara apapun apa yang anda inginkan harus dapat terpenuhi. Sementara fungsi tas sebelumnya dengan yang baru sama-sama dapat dipakai untuk mengisi buku, labtop dan kebutuhan lainnya.
Maka ada dua faktor atau penyebab timbulnya kebiasaan konsumtif, pada anak-anak atau generasi yaitu. Pertama, (1) Faktor Internal, yang itu muncul dari lingkungan kekeluargaan misalnya kebiasaan orang tua dalam mendidik anaknya. Seperti selalu memanjakan mereka dengan segala kebutuhan yang diinginkan seorang anak, sehingga secara tidak langsung akan memperbiasakan mereka menjadi penyerap kebutuhan yang berlebihan. Kedua (2) Faktor Eksternal, yang tumbuh berkembang dilingkungan sosial maupun pendidikan seorang anak, dengan hadirnya barang atau produk baru yang digunakan orang lain. Perlahan-lahan ia akan terdorong dengan hasrat untuk memiliki barang tersebut.
Selain itu, kebiasaan seperti ini akan membuat seorang anak lebih cenderung individualis dan terasing dengan lingkungan sosial serta membuatnya lebih malas bergerak. Bahkan ada juga sampai pada tingkat kenakalan remaja karena ikut-ikutan tren yang sedang berkembang. Sehingga hal itu perlu di antisipasi sejak awal, sebab di wilayah perkotaan maupun di desa suda terlanjur merasakan dan menikmatinya.
Olehnya itu, jalan keluar untuk menghindari terjadinya kebiasaan konsumtif atau budaya konsumerisme pada anak, perlunya adanya pengontrolan yang intensif dari orang tua. Sebab menurut hemat saya, orang tua lah yang menjadi guru pertama dalam pembentukan karakter seorang anak tumbuh dewasa. Selain orang tua, pemerintah juga memiliki peran dalam hal melihat masalah tersebut, yaitu melalui kurikulum yang diterapkan didunia pendidikan dengan orientasi pada pengembangan peserta didik. Tujuanya bukan untuk menolak teknologi ataupun produk-produk pasar, akan tetapi harusnya ada keseimbangan dengan aktivitas yang lebih cenderung bersifat edukasi.
Anak-anak atau generasi adalah asset Negara yang sangat berharga. Sehingga perlu menjaga dan mendidik dengan cara yang lebih efektif. Orientasi bangsa dan negara semuanya ditentukan melalui peran anak-anak atau generasi saat ini. Sebab masa depan bangsa dan negara ada ditangan generasi muda, jika moral generasi muda itu hancur maka hancurlah masa depan bangsa. Untuk itu marilah kita sama-sama menjaga dan mendidik mereka semua untuk masa depan yang lebih baik.(fg)
Discussion about this post