TOBELO,Mediasemut.com – Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Maluku Utara, mengajak pemerintah daerah dan media massa untuk turut mencegah perilaku bunuh diri yang kian hari terjadi di Maluku Utara
Terbaru, per 2022 Polres Halmahera Utara mencatat warga Halut yang tewas bunuh diri sebanyak 14 orang.
Ketua Himpsi Malut, Syaiful Bahry, mengatakan sesungguhnya perilaku bunuh diri merupakan persoalan kompleks, artinya banyak faktor yang membuat seseorang memutuskan untuk melakukan bunuh diri.
“Beberapa faktor yang saling berinteraksi di antaranya faktor pribadi pelaku, sosial, psikologis, budaya, ekonomi dan lingkungan. Setiap manusia memiliki ketahanan mental yang berbeda-beda,” ujar Syaiful, Rabu (07/12) sebagaimana dilansir Nuansa Media Grup (NMG).
Ada yang cepat depresi apabila mendapat tekanan dari sosial, namun ada juga yang merasa biasa-biasa saja ketika mendapatkan tekanan, semua itu tergantung ketahanan mental seseorang. Karena manusia dilahirkan dengan individual difference,” sambungnya.
Lebih lanjut, Syaiful berkata, orang yang rentan bunuh diri, biasanya ketika mendapatkan masalah apapun tidak mampu menyelesaikan namun dipendam, ada masalah dipendam lagi, masalah-masalah yang dipendam terus menerus mengakibatkan seseorang mengalami depresi.
BACA JUGA : Pemda Halsel Tanggapi Kabar Pulau Widi Dilelang
“Untuk itu, ketika ada masalah ceritakan saja kepada sahabat yang dapat di percaya, orang tua atau pun keluarga dekat agar diberikan solusi,” katanya menyarankan.
“Tanda-tanda secara psikologis, seperti yang tadinya suka bergaul, tiba-tiba mengurung diri di kamar saja. Kemudian topik pembicaraannya dominan tentang bunuh diri, tidak menyukai diri sendiri, membuat pesan-pesan perpisahan dan hal aneh lainnya yang tidak biasa ia lakukan,” tambah Syaiful.
Alumni UGM ini menambahkan, salah satu hal yang harus diperhatikan dari kasus bunuh diri adalah terjadinya copycut suicide. Copycut suicide, kata dia, merupakan tindakan bunuh diri yang dilatarbelakangi ingin meniru kasus bunuh diri sebelumnya.
“Pemberitaan bunuh diri di media massa, berpotensi menyebabkan individu melakukan copycat suicide, fenomena ini disebut juga dengan Werther Effect. Di era digital, internet telah menjadi sumber utama informasi yang memberikan penggambaran tidak pantas mengenai bunuh diri dan masalah kesehatan mental,” tuturnya.
Karena itu, upaya pencegahannya, peran media menjadi penting dan strategis. Informasi bunuh diri jika disampaikan tidak baik justru akan memicu terjadinya copycut suicide.
“Untuk itu media massa baik cetak maupun online sendiri sesungguhnya memiliki peran yang sangat strategis dalam pencegahan bunuh diri dan peningkatan derajat kesehatan mental,” ucapnya.
Dalam hal ini, media massa tidak hanya berperan sebagai penyebar informasi, namun juga sebagai sarana untuk menghapuskan stigma dan diskriminasi terhadap penyintas bunuh diri dan penyintas kehilangan bunuh diri.
Dalam jangka panjang, lanjut dia, peran media massa sangat signifikan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan kesehatan jiwa ataupun mental seseorang, sehingga dapat menekan angka kematian bunuh diri.
“Meskipun pemberitaan mengenai bunuh diri tidak selalu memiliki efek langsung, namun itu dapat mempengaruhi pemikiran dan perilaku individu di masa depan,” katanya.
Selain itu, Syaiful juga berharap agar pemerintah tidak bersikap apriori dengan kasus bunuh diri yang terjadi di Malut. Sebab bunuh diri itu seperti virus modeling (meniru) yang dapat ditiru oleh seseorang yang kehilangan harapan hidupnya (depresi).
Syaiful menuturkan, pentingnya peran dari Pemkab Halmahera Utara beserta mitra terkait untuk melaksanakan psikoedukasi kesehatan mental pencegahan bunuh diri dengan mengundang psikolog atau ilmuwan psikologi, akademisi, tokoh agama, dinas kesehatan Halmahera Utara, untuk rutin memberikan psikoedukasi pentingnya kesehatan mental dan roadshow dari desa ke desa serta mewajibkan kepada masyarakat untuk ikut psikoedukasi tersebut.
“Semoga ini menjadi langkah ikhtiar kita bersama, sehingga angka kematian bunuh dapat diantisipasi di Halmahera Utara,” harapnya.
“Silakan membangun infrastruktur yang bagus, tetapi jangan lupa juga membangun kesadaran akan pentingnya kesehatan mental masyarakat di Halmahera Utara, khususnya kabupaten/kita yang memiliki angka bunuh diri tertinggi seperti di Halmahera Utara, Pulau Morotai, Kota Ternate, dan kabupaten/kota lainnya,” sambungnya menutup.(pmc)
Editor : Aws
Discussion about this post