Tulungagung (ANTARA) – Bagi mereka yang pernah divonis mengidap Human immunodeficiency virus/ Acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS ), menjadi hal yang dianggap mengerikan. Mereka tidak hanya tidak siap dengan vonis tersebut, tapi juga tidak jarang merasa terkucilkan dari kehidupan normal di tengah masyarakat
Kesenjangan yang dialami penyintas HIV/AIDS di masyarakat itulah yang membuat Penyuluh Agama Kementerian Agama Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Ni’matul Khoiriyah, terpanggil untuk melakukan pendampingan kepada mereka. Mereka juga berhak mendapatkan kesempatan untuk bisa bermanfaat tanpa harus memandang sebagai orang terjangkit HIV/AIDS.
Sebagai seorang penyuluh agama, Ni’mah — panggilan akrab Ni’matul Khoiriyah– termotivasi untuk memberikan dukungan psikologis bagi para penyintas HIV. Ia kemudian mendirikan “Majelis Taklim Sinau Agomo” yang pesertanya adalah para penyintas HIV/AIDS serta para relawan.
Kegiatan majelis yang dipusatkan di Masjid Nurul Taqwa, Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, ini didirikan pada 2020. Beragam kegiatan digelar seperti belajar mengaji serta membangun motivasi para penyintas HIV/AIDS.
Hal itu sangat penting. Stigma negatif membuat ruang gerak para penyintas ini di ruang publik terkucilkan. Akses mereka ke masyarakat seakan dibatasi, dengan berbagai stigma yang melekat pada para penyintas HIV/AIDS.
Mereka dikucilkan masyarakat, didiskriminasi, sehingga tidak punya sarana untuk belajar menjadi orang lebih bermanfaat. Padahal, mereka juga ingin beraktivitas seperti masyarakat pada umumnya dan bukan menjadi “asing” di masyarakat.
Penyakit HIV/AIDS hingga kini belum ditemukan obatnya. Penyintas hanya mengonsumi obat Antiretroviral (ARV) yang berfungsi untuk menekan virus HIV/AIDS dan menjaga daya tahan tubuh pasien.
Dengan mengikuti kegiatan majelis taklim para penyintas termotivasi untuk lebih sehat. Bertemu sesama penyintas dan belajar agama bersama-sama ilmu agam, membuat semangat mereka untuk hidup sehat terus meningkat.
Selain itu, mereka menjadi lebih termotivasi dan merasa hidup lebih bermakna, bermanfaat. Mental mereka juga lebih kuat dengan ikut majelis taklim tersebut.
Di tengah banyaknya orang memandang sebelah mata bahwa sakit yang mereka derita belum ditemukan obarnya, para penyintas mendapatkan pendampingan untuk bisa menemukan kehidupan yang layak. Motivasi terbangun, mereka mau minum obat ARV serta merasa lebih bermakna hidupnya.
Ni’mah mengaku tak mudah untuk mengajak para penyintas tetap semangat ikut majelis taklim. Namun, dengan motivasi yang tak kenal lelah dalam memberikan nasihat dan masukan, mereka akhirnya kembali bersemangat. Ni’mah dan relawan pun semakin bersemangat ketika para penyintas juga bersemangat ikut kegiatan di majelis taklim.
Dengan majelis tersebut diharapkan dapat membantu pemerintah dalam percepatan penurunan angka HIV/AIDS di Kabupaten Tulungagung.
Sesuai data di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Tulungagung, jumlah temuan penderita HIV/AIDS di daerah ini hingga 2024 secara akumulatif mencapai 3.829 orang. Sedangkan selama 2024, mulai Januari hingga Mei mencapai 115 kasus.
Bagi para penyintas HIV yang sangat dibutuhkan selain obat secara fisik dari resep dokter, juga obat psikis. Dengan obat psikis, membuat daya tahan tubuh mereka meningkat sehingga imun menjadi lebih kuat.
Kegiatan majelis taklim sangat positif yang membantu mereka untuk lebih percaya diri dan bersemangat dalam menjalani hari-harinya tanpa merasa dikucilkan, tanpa merasa ada diskriminasi.
Mereka pun bisa menularkan ilmu yang telah didapatkan saat kegiatan majelis taklim ke penyintas lainnya yang masih belum bergabung. Dengan itu, ilmu yang didapatkan juga bermanfaat untuk orang lain.
“Kami rangkul mereka, memanusiakan mereka. Di majelis taklim, mereka berkumpul dan bisa menularkan ilmunya ke teman-teman yang lain yang belum ikut,” kata Ni’mah.
Mendalami agama
Sejak Majelis Taklim Sinau Agomo didirikan pada 2020, para penyintas semakin terinspirasi untuk lebih mendalami ilmu agama. Bahkan, mereka juga bersemangat untuk bisa menghafal Kitab Suci Al-Quran.
Dengan bimbingan, mereka banyak yang hafal ayat-ayat Al-Quran. Ada yang sudah hafal juz 30, ada yang hafal dua juz, kemudian hafal Surat Al Kahfi, Surat Al Waqi’ah, Surat Yasin, Surat Al-Mulk dan berbagai surat lainnya.
Capaian para penyintas itu berkat mereka bersemangat dalam menjalani hidupnya kendati di tubuh mereka ada virus yang menggerogoti raganya. Dukungan dari berbagai pihak juga sangat dibutuhkan agar para penyintas semakin bersemangat. Dukungan diperlukan juga demi menekan jumlah HIV di Kabupaten Tulungagung.
Dukungan lintas sektoral seperti dari kementerian agama, dinas kesehatan, dinas sosial, pemerhati HIV/AIDS menjadi penyemangat agar kasus ini bisa ditekan seminimal mungkin.
“Dengan dukungan, mereka terlepas dari hal yang tidak baik kembali menjadi orang yang lebih bermanfaat, melakukan kegiatan positif. Tidak kembali terjerumus ke hal yang tidak dibenarkan agama,” kata Ni’mah yang lulusan Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah (UIN SATU) Tulungagung ini.
Inisiatif untuk mendirikan majelis taklim ini pernah diapresiasi Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur dan mendapatkan juara pertama. Bahkan, program yang dibuatnya akan diikutsertakan dalam lomba tingkat nasional pada 2024 ini.
Inovasi ini diharapkan bisa menjadi proyek percontohan bagi daerah lainnya dan ditiru. Dengan begitu, akan semakin banyak para penyintas yang lebih bersemangat dalam menjalani hidup.
Pendampingan ke masyarakat
Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Kabupaten Tulungagung, Ahmad Balya, mengatakan kementerian agama mempunyai penyuluh agama untuk pendampingan ke masyarakat tentang keagamaan.
Penyuluhan dilakukan sesuai dengan program masing-masing penyuluh. Misalnya, pemberantasan buta huruf Al-Quran, bagian kesehatan di HIV/AIDS, moderasi beragama dan bidang lainnya.
Kemenag Tulungagung sangat mendukung langkah yang dilakukan oleh Penyuluh Agama Kementerian Agama Kabupaten Tulungagung Ni’matul Khoiriyah yang mempunyai ide membuat “Majelis Taklim Sinau Agomo”. Hal itu sangat positif agar para penyintas semakin termotivasi untuk menerima takdir dan lebih giat belajar agamanya.
Kemenag Provinsi Jatim juga sangat mengapresiasi dengan turun langsung memberikan masukan dan motivasi bagi mereka. Selain itu, dari dinas kesehatan serta dari relawan terkait juga peduli. Bahkan, dengan majelis ini para penyintas ternyata kini jadi lebih bisa mengenal agama.
Majelis Taklim Sinau Agomo mengadakan pertemuan satu pekan sekali yang diikuti sekitar 30 orang penyintas dan relawan. Ke depan diharapkan semakin banyak penyintas yang ikut bergabung dalam majelis ini untuk sama-sama belajar agama dengan lebih baik, sehingga kasus HIV/AIDS pun bisa ditekan.
Oleh Asmaul Chusna
Editor : Slamet Hadi Purnomo
Discussion about this post