Ini Daftar Harga BBM di Seluruh SPBU, Tapi Stoknya Ada yang Masih Kosong

Rangkuman Harga BBM di Seluruh SPBU Indonesia

mediasemut.com – Berikut ini rangkuman harga BBM yang berlaku di berbagai merek SPBU di Indonesia — baik yang subsidi maupun non‑subsidi — berdasarkan data terbaru. Contohnya, di wilayah Jakarta dan sekitarnya, harga ‎Pertalite tetap Rp 10.000 per liter dan ‎Solar Subsidy tetap Rp 6.800 per liter. 
Untuk non‑subsidi misalnya ‎Pertamax dijual Rp 12.200 per liter, ‎Pertamax Turbo Rp 13.000‑13.200 per liter, dan ‎Pertamina Dex Rp 13.850‑14.150 per liter. 
Pada SPBU swasta seperti ‎Shell, ‎Vivo, ‎BP, juga terjadi penyesuaian harga. Contoh: Shell Super di wilayah Jawa dipatok sekitar Rp 12.580 per liter. 
Walau harga terlihat relatif terpantau stabil untuk saat ini, ada faktor tambahan yang perlu diwaspadai: stok BBM kosong di sebagian SPBU swasta. Jadi meski harga ada, belum tentu bahan bakar selalu tersedia.

Mengapa Ada Stok Kosong di Beberapa SPBU Swasta?

Celah stok kosong ini terutama terjadi di SPBU swasta seperti Shell dan Vivo, yang sampai sekarang belum mendapatkan pasokan cukup dari ‎Pertamina atau belum melakukan kesepakatan impor bahan baku (base fuel). Sebagai contoh, Shell hingga Oktober 2025 belum mencapai kesepakatan kategori B2B dengan Pertamina sehingga sejumlah SPBU mereka dilaporkan kehabisan stok BBM jenis bensin.
Sementara itu, SPBU milik BP (BP‑AKR) sempat mengalami kekosongan stok namun mulai tersedia kembali untuk jenis tertentu setelah hampir dua bulan kosong. 
Alasan utama terkait dengan kuota impor BBM untuk SPBU swasta yang sudah habis, serta regulasi yang mengharuskan mereka membeli base fuel melalui Pertamina untuk menjamin pasokan. 
Akibatnya, bagi konsumen yang mengandalkan merek swasta, meskipun harga terpampang jelas, kemungkinan tidak mendapatkan BBM yang diinginkan tetap tinggi — terutama di wilayah yang pasokan logistiknya rentan.

Implikasi bagi Konsumen dan Pengendara

Bagi pengguna kendaraan, situasi ini berarti dua hal penting: harga yang diketahui dan ketersediaan yang belum pasti. Anda bisa tahu bahwa misalnya Pertalite di Jakarta Rp 10.000/liter, tapi jika SPBU swasta kosong, maka pilihan terbatas dan mungkin harus ke SPBU milik pertamina atau merek lain.
Hal ini bisa berdampak pada rantai transportasi, logistik, serta operasional harian. Jika stok kosong di merek tertentu, pengendara mungkin harus antre lebih lama, berpindah ke SPBU lain, atau bahkan menunda aktivitas.
Bagi pengemudi industri atau perusahaan angkutan, perlu ada strategi cadangan: memperhitungkan lokasi SPBU yang stoknya terjamin, dan menyiapkan dana tambahan jika terpaksa membeli BBM non‑subsidi dengan harga lebih tinggi atau dari merek lain.
Dari sisi ekonomi makro, kekosongan stok di SPBU swasta bisa jadi sinyal peringatan terhadap distribusi dan logistik BBM nasional — meskipun harga ditetapkan, mekanisme distribusi tetap harus diperkuat agar semua wilayah mendapatkan layanan.

Bagaimana Pemerintah dan Pelaku Pasokan Merespons?

Pemerintah melalui ‎Kementerian ESDM telah mendorong SPBU swasta untuk segera menuntaskan kesepakatan pasokan dan memastikan kuota impor dan distribusi berjalan lancar. Misalnya, SPBU Vivo dilaporkan masih belum memiliki stok BBM jenis bensin karena negosiasi impor belum selesai. 
Pertamina pun disebut siap menyediakan base fuel untuk SPBU swasta agar pasokan tidak mandek, tetapi terdapat kendala komersial dan teknis dalam kesepakatan bisnis ke bisnis (B2B). 
SPBU swasta yang sudah mulai pulih stoknya seperti BP‑AKR juga diumumkan kembali melayani jenis BBM tertentu di sejumlah wilayah setelah hampir dua bulan kosong.
Namun demikian, meskipun respons sudah berjalan, distribusi tetap harus dipantau—termasuk stok di daerah luar Jawa, kondisi transportasi, dan kesiapan SPBU lokal.

Penutup

Situasi harga BBM yang tercantum di seluruh SPBU Indonesia memang memberikan gambaran yang relatif jelas bagi konsumen — contohnya Pertalite Rp 10.000/liter, Pertamax Rp 12.200/liter, dan sebagainya. Namun kenyataannya, ketersediaan stok BBM di beberapa SPBU swasta masih belum merata, yang menimbulkan ketidakpastian bagi pengendara dan pengguna logistik.
Untuk itu, penting bagi masyarakat untuk:

  • Memeriksa harga dan lokasi SPBU terdekat yang stoknya terjamin.

  • Tidak hanya terpaku pada harga, tetapi juga memastikan bahwa SPBU pilihan memang melayani produk yang diinginkan.

  • Pemerintah dan pelaku industri BBM harus memastikan bahwa distribusi, impor bahan baku, dan kesepakatan bisnis berjalan tanpa hambatan agar harga yang telah diumumkan benar‑benar bisa dirasakan.

Langkah ke Depan

  • Pemerintah perlu memperkuat monitoring stok BBM di seluruh SPBU — subsidi dan non‑subsidi — agar kekosongan stok bisa segera diantisipasi.

  • SPBU swasta harus mempercepat kesepakatan supply dan impor agar pasokan tidak tertunda.

  • Konsumen dianjurkan menggunakan aplikasi resmi SPBU atau layanan informasi harga/stok BBM untuk menghindari antre panjang atau kehabisan bahan bakar.